KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN RANCANG BANGUN JARINGAN
Kompetensi dasar
3.1 Memahami layanan internet pada industri ISP
3.2 Memahami Layanan, tugas dan tanggung jawab industri layanan internet
3.3 Memahami alur kerja dari industri layanan internet pada industri ISP
3.4 Memahami pengoperasian sebuah NOC pada industri layanan internet (ISP)
3.5 Memahami arsitektur dan infrastruktur pada industri layanan internet (ISP)
Fungsi dan Cara Kerja Internet Service Provider (ISP)
Internet Service Provider (ISP) adalah perusahaan yang memberikan jasa kepada masyarat untuk mengakses Internet. Sebagian ISP menggunakan kabel telepon untuk memberikan akses Internet ke masyarakat. Pada hari ini, terutama di daerah-daerah bertumbuhan perusahaan-perusahaan kecil ISP yang memberikan akses menggunakan Wireless atau lebih sering di kenal sebagai RT/RW-net dengan harga yang terjangkau dengan akses Internet yang beroperasi 24 jam per hari.
Sebagian ISP akan memberikan e-mail gratis kepada pelanggannya sehingga memungkinkan para pelanggan untuk mengirim/menerima e-mail melalui server ISPnya. ISP juga kadang kala memberikan jasa untuk menyimpan file dan halaman Web.
ISP resmi yang memperoleh ijin dari MENKOMINFO di Indonesia tergabung pada organisasi Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Daftar lengkap ISP resmi di Indonesia dapat di peroleh dari Web APJII tepatnya pada halaman http://www.apjii.or.id/layanan/index.php?lang=ind. Jumlah ISP di Indonesia di tahun 2007 lebih dari seratus ISP dengan perkiraan pelanggan Internet Indonesia sekitar 2 juta pelanggan baik perorangan maupun perkantoran. Jumlah total pengguna Internet di Indonesia di perkirakan mendekati 25 juta pengguna di tahun 2007.
Langkah untuk berlangganan Internet menggunakan jasa ISP cukup sederhana, yaitu,
1.
Meminta formulir untuk
menjadi pelanggan.
2.
Isi formulir, biasanya
perlu di lengkapi dengan foto copy KTP, copy tagihan listrik atau tagihan
air/PAM atau tagihan telepon untuk memastikan bahwa Anda tinggal di situ.
3.
Mengembalikan formulir
dan membayar biaya administrasi yang dibutuhkan.
4.
ISP kemudian akan
memberikan “username” dan “password” untuk mengakses Internet melalui jaringan
dial-up/HotSpotnya.
5.
ISP RT/RW-net biasanya
akan menginstalasi peralatan akses RT/RW-net seperti antenna wajanbolic e-goen.
Biaya akses Internet
di Indonesia masih agak mahal tapi masih relatif lebih murah di bandingkan dengan
pulsa telepon selular. Rata-rata biaya akses tidak terbatas beroperasi 24 jam
masih sekitar Rp. 100-200.000,-/bulan. Di beberapa RT/RW-net berani memberikan
akses 24 jam dengan harga sangat murah sampai Rp. 50.000,-/bulan.
Cara Kerja ISP
Secara umum teknologi yang digunakan di sebuah Internet Service Provider (ISP) sebetulnya relatif sederhana, terdiri atas,
Cara Kerja ISP
Secara umum teknologi yang digunakan di sebuah Internet Service Provider (ISP) sebetulnya relatif sederhana, terdiri atas,
1.
Sambungan ke Internet
yang besar menggunakan kecepatan yang sangat tinggi. Beberapa ISP di Indonesia
mempunyai kecepatan sampai beberapa Gbps.
2.
Sambungan Internet
tersebut di sambungkan langsung pada router yang besar, biasanya kelas Cisco
atau Juniper network. Router ini akan mengatur komunikasi antara Internet
dengan pelanggan.
3.
Biasanya di ISP akan
di pasang juga beberapa Server, baik untuk Web, mail maupun berbagai keperluan
lainnya. Sebagian besar Server ISP biasanya dibangun menggunakan sistem operasi
Open Source.’
Pelanggan akan
tersambung ke ISP menggunakan berbagai teknologi sambungan yang berkecepatan
beberapa ratus Kbps atau Mbps.
Pengertian Network
Operation Center (NOC)
Saturday, July 23, 2011
Network Operation Center (NOC) Adalah tempat administrator yang
mengawasi, memantau dan mengamankan jaringan komunikasi. Berupa sebuah ruangan
yang berisi visualisasi dari jaringan atau jaringan yang sedang dipantau,
workstation di mana status rinci jaringan dapat dilihat, dan perangkat lunak
yang diperlukan untuk mengelola jaringan.
NOC merupakan perangkat infrastruktur yang melakukan fungsi-fungsi
pengaturan, pengendalian, dan pengawasan jaringan (network) sedemikian rup
sehingga dapat berfungsi sesuai dengan standar pelayanan yang diberikan.
Tugas NOC adalah menangani konfigurasi dan perubahan manajemen
jaringan, network security, performance dan policy monitoring, pelaporan,
jaminan kualitas, scheduling dan dokumentasi dengan memanfaatkan kemampuan
management network, monitoring dan analysis tools.
NOC memberikan kemudahan kepada user dalam melakukan aktivitas
koordinasi operasi dengan semua pendukung dan vendor terkait dengan fungsi network.
Kegiatan pada NOC adalah memberikan support selama 24 jam dengan aktivitas
sebagai berikut :
1.
Memonitor operais semua hubungan backbone dan pendukung jaringan
lainnya.
2.
Menjamin bahwa server dan pelayanan bekerja secara terus menerus
selama 24 jam.
3.
Memberi jaminan untuk mendukung kualitas layanan jaringan kepada
pengguna.
4.
Perbaikan semua masalah jaringan dan sistem terkait.
5.
Membuka pelacakan dan resolusi dokumentasi permasalahan pada
sistem jaringan.
Agar NOC dapat berfungsi seusai dengan standar layanan yang telah
ditetapkan maka perlu suatu disain khusus yaitu : memperhatikan penempatan
peralatan dan pengaturan suhu udara sehingga sesuai dengan kebutuhan;
menempatkan peralatan pemadam kebakaran; pembatasan akses; pengunaan raised
floor sebagai sirkulasi suhu udara dan jalur kabel.
Ruang ini dipergunakan oleh staff IT yang hanya mempunyai otoritas
untuk mengontrol Server atau peralatan lainnya yang ada di dalam ruang server
dan ruangan MDF/Telecomm. Setiap staff IT tersebut harus memiliki keahlian khusus
dalam menangani setiap system dan hardware yang ada.
Ruangan NOC adalah ruangan yang berisi peralatan-peralatan yang
sangat vital bagi keberlangsungan sustem jaringan di lingkungan penyedia
layanan internet sehingga perlu tingkat pengamanan yang ekstra ketat. Oleh
karena itu dibuat akses masuk yang terbatas bagi staff IT tertentu yang
memiliki wewenang.
Karakteristik Arsitektur
Jaringan Jaringan harus mendukung banyak jenis aplikasi dan layanan, dan
beroperasi pada berbagai jenis dan tipe infrastruktur fisik. Istilah arsitektur
jaringan dalam konteks ini mengacu pada teknologi yang mendukung infrastruktur
dan service (layanan) dan layanan yang mengatur pengiriman pesan melalui
infrasturktur tersebut.
Dalam
evolusi internet dan jaringan secara umum, ada 4 karakteristik dasar yang harus
dipenuhi agar memenuhi kebutuhan pengguna:
1. Fault tolerance (toleransi kesalahan)
2. Scalability (skalabilitas)
3. Quality of service (kualitas)
4. Security (keamanan)
1. Fault Tolerance
Internet diharapkan selalu tersedia bagi
jutaan penggunanya. Ini membutuhkan arsitektur jaringan yang didesain dan
dibuat untuk meminimalkan kesalahan. Sebuah
jaringan fault tolerance artinya sebuah jaringan yang mampu meminimalkan akibat
dari kegagalan hardware dan software, serta dapat beroperasi lagi dengan cepat
jika kegagalan itu terjadi. Jaringan jenis
ini bergantung pada hubungan redundant, atau jalur redundant (lebih dari satu)
antara pengirim dan penerima. Jika salah satu jalur terputus (rusak/terganggu),
maka lalu lintas pesan dapat dialihkan ke jalur yang lain secara instant.
Proses pengalihan harus transparent bagi
user (tidak memerlukan tindakan apapun dan tidak perlu diketahui oleh user).
Baik perangkat fisik infrasturktur maupun proses logic harus bekerja sama dalam
mengakomodasi redudansi tersebut. Ini adalah premis dasar bagi arsitektur
jaringan saat ini. 2. Skalabilitas
Sebuah jaringan yang scalable dapat
berkembang dengan cepat untuk mendukung user dan aplikasi baru tanpa
mempengaruhi kinerja jaringan dan layanan bagi user yang lama.
Ribuan user dan ISP (Internet Service
Provider) terhubung ke jaringan internet tiap minggu, kemampuan jaringan
tersebut untuk mendukung tambahan tersebut bergantung pada infrastuktur fisik
dan arsitektur logis berlayer yang hirarkis (hierarchical layered design).
Operasi pada layer yang satu tidak boleh mempengaruhi layer yang lain.
Perkembangan teknologi jaringan terus
menigkatkan kemampuan pengiriman pesan dari infrastruktur fisik, hal ini
memungkinkan internet untuk memenuhi kebutuhan user.
3. Quality of Service (Kualitas Layanan)
Saat ini internet telah menyediakan level
fault tolerant dan skalabilitas yang dapat diterima, namun aplikasi yang baru
membutuhkan kualitas yang lebih baik, seperti video dan suara. Service tersebut
memerlukan kualitas tinggi dan pengiriman yang tidak tertunda.
Sebuah jaringan terkonvergensi, harus mampu
mengatur prioritas dari service-service yang menggunakannya. Sehingga didapat
standar kualitas yang memenuhi harapan user. Kebutuhan atas QoS (Quality of
Service) mengubah cara arsitektur jaringan di desain dan diimplementasikan.
Dalam contoh dibawah, layanan (service)
untuk streaming diutamakan bandwidthnya dibanding halaman web.
4. Keamanan Internet
telah berevolusi dari jaringan kecil yang terkontrol menjadi transmisi bisnis
dan personal yang terbuka, akibatnya, tingkat keamanan dari jaringan telah
berubah. Muncul kebutuhan untuk menigkatkan keamanan jaringan terhadap serangan
atau celah keamanan. Banyak usaha, perangkat,
prosedur diimplementasikan untuk meningkatkan keamanan jaringan atau
memperbaiki kesalahan pada arsitektur jaringan.
Memahami Infrastruktur Jaringan Internet
Internet
dikatakan sebagai sebuah sistem jaringan yang terbentuk dari beragam kumpulan
sub-sub jaringan komputer yang tersebar di berbagai belahan bumi. Karena setiap
bentuk jaringan komputer, kecil maupun besar, dapat dengan mudah dihubungkan ke
dunia maya ini, maka secara kontinyu dan eksponensial, komunitas internet pun
bertambah besar. Karakteristik yang demikian mengakibatkan internet tumbuh
dengan pesat, tanpa ada pihak-pihak yang mengatur perkembangannya. Secara
alami, pertumbuhan internet dapat dianalogikan seperti organisme (semacam
mahkluk hidup), tumbuh secara pasti menjadi semakin besar dan dewasa.
Berdasarkan fakta ini terlihat, bahwa secara tidak sengaja, internet telah
menjadi suatu sistem yang terdesentralisasi ke beragam pusat-pusat komunitas
digital (Kosiur, 1997). Tidak ada satu lembaga pun yang dapat “memerintah”
komunitas yang melakukan interaksi di dunia maya, termasuk negara Amerika
Serikat sebagai pelopor teknologi ini.
Sumber: David Kosiur, 1997
Sumber: David Kosiur, 1997
Secara
fisik, infrastruktur jaringan internet membentuk struktur pohon hirarkis. Kabel
transmisi berkecepatan tinggi (high-speed backbone networks) berfungsi sebagai
tulang punggung utama dari sistem komunikasi ini. Contohnya adalah media
transmisi yang dibangun dan dimiliki oleh MCI dan AT&T (yang menghubungkan
benua Amerika dengan negara-negara di belahan bumi lainnya). Akses kepada
infrastruktur berkecepatan tinggi ini dapat dilakukan melalui simpul-simpul
komunikasi yang dinamakan sebagai Network Access Points (NPSs), yang dibangun
oleh berbagai perusahaan seperti Sprint dan Pacific Bell. Simpul-simpul inilah
yang menjadi “entry point” bagi berbagai jaringan regional semacam CERFnet,
Uunet, dan PSInet yang keberadaannya tersebar di berbagai negara di dunia.
Jaringan regional ini biasanya akan membagi beban “traffic” yang dimiliki ke
berbagai simpul NAPs agar tidak terjadi proses “bottleneck” yang menyebabkan
berkurangnya kecepatan akses ke “main backbone”. Di level terendah, Internet
Service Providers (ISPs) menyediakan jasanya untuk menghubungkan individu maupun
korporat ke infrastruktur internet melalui salah satu jaringan regional yang
ada. Dari struktur ini terlihat, bahwa kinerja koneksi internet, sangat
bergantung dengan kinerja rute yang dilalui, mulai dari pemakai (user) sampai
dengan ke “internet backbone”.
Seperti
diketahui bersama, jaringan fisik internet melibatkan beragam jenis perangkat
keras dan perangkat lunak yang diproduksi oleh berbagai perusahaan besar di
dunia. Untuk memungkinkan dilakukannya komunikasi antar komponen-komponen yang
berbeda tersebut, tentu saja dibutuhkan aturan-aturan atau standard yang
disepakati bersama (protokol). Salah satu protokol yang disepakati untuk
dipergunakan di seluruh dunia adalah TCP/IP (Transmission Control Protocol /
Internet Protocol). Bagaimana sebenarnya cara kerja TCP/IP dilihat dari
prinsip-prinsip komunikasi data?
TCP/IP
sebagai salah satu protokol memiliki tugas utama untuk mengelola jaringan
operasi komputer agar proses komunikasi dan lalu lintas data dapat berjalan
dengan baik. Pada tingkat paling atas, protokol mengatur kerja aplikasi agar
dapat dipergunakan secara efektif oleh pengguna (user), sementara di tingkat
paling rendah protokol berfungsi mengubah data menjadi paket-paket sinyal
digital yang siap untuk ditransmisikan melalui beragam medium dari satu tempat
ke tempat lainnya.
Sumber: David Kosiur, 1997
Sumber: David Kosiur, 1997
Untuk
memudahkan dan memungkinkan komunikasi antar berbagai jenis perangkat keras dan
perangkat lunak, International Standards Organization (ISO) mengembangkan
standar arsitektur jaringan (network layers) yang terdiri dari 7 (tujuh)
tingkat (layer). Model ini dinamakan sebagai OSI Reference Model. Ada dua
prinsip utama yang dianut oleh OSI Reference Model ini, yaitu: Open Systems;
dan Peer-to-Peer Communications. Prinsip open systems berarti bahwa beberapa
sistem berbeda yang berada dalam satu layer yang sama dapat dengan mudah saling
berkomunikasi dan tukar menukar data (tanpa harus ada proses konversi),
sementara prinsip peer-to-peer communications berarti bahwa data yang
“diciptakan” oleh sebuah layer diperuntukkan untuk layer yang sama pada sistem
yang berbeda. Walaupun harus melalui layer-layer lainnya dalam proses
pengiriman atau penerimaan, data yang ditransmisikan sama sekali tidak dirubah,
hanya ditambahkan beberapa data yang diperlukan untuk menjalankan fungsi
jaringan pada layer tersebut.
Layer
tertinggi dinamakan sebagai Application Layer, karena berhubungan langsung
dengan aplikasi yang dipergunakan oleh user dalam menjalankan fungsi
komputernya. Layer ini merupakan bagian yang paling transparan di mata pengguna
internet (user). Fungsi dari layer ini adalah untuk melakukan transfer data
(dalam bentuk “application messages”) dari satu tempat ke tempat lainnya. User
mengenal beberapa cara untuk melakukan transfer ini, seperti melalui email dan
website. Protokol-protokol yang biasa digunakan untuk melakukan proses pada
layer ini adalah FTP (File Transfer Protocol), HTTP (Hypertext Transfer
Protocol), SNMP (Simple Network Management Protocol), dan DNS (Domain Naming
Service). Protokol-protokol lainnya yang kerap pula dipergunakan sehubungan
dengan fungsi-fungsi transmisi file pada internet adalah SMTP (Simple Mail
Transport Protocol), POP (Post Office Protocol), IMAP (Internet Mail Access
Protocol), dan MIME (Multimedia Internet Mail Extensions). Di bawah layer ini,
terdapat Presentation Layer dan Session Layer yang berfungsi untuk mengolah
data selanjutnya dari Application Layer ke dalam bentuk yang lebih ringkas dan
aman (encrypted and compressed data).
Protokol
TCP/IP sendiri baru ditemui pada Transport Layer (untuk TCP) dan Network Layer
(untuk IP). Pada Network Layer, IP berfungsi untuk menyediakan alamat atau kode
bagi sistem jaringan yang terkoneksi ke internet. Protokol lainnya yang
berfungsi membantu IP dalam menentukan alamat bagi perangkat keras jaringan
lain adalah ARP (Address Resolution Protocol). Sementara TCP yang berada satu
layer di atasnya bersama-sama dengan protocol lain (UDP = User Datagram
Protocol) pada dasarnya berfungsi menentukan ukuran paket maksimum yang dapat
digunakan dan melakukan “kalibrasi” terhadap transmisi pada saat yang sama. TCP
biasanya dipergunakan jika kualitas jaringan yang ada sangat baik, sementara
untuk situasi sebaliknya, UDP lebih cocok untuk dipergunakan.
Melalui
pemaparan singkat mengenai konsep infrastruktur jaringan internet ini terlihat
bahwa diperlukan jejaring (internetworking) yang baik antara satu sistem dengan
sistem lainnya untuk mendapatkan kinerja transmisi yang cepat. Lebar pita
(bandwidth) yang besar pada suatu jalur transmisi belum tentu menghasilkan
kinerja komunikasi yang cepat pada sebuah sistem karena pada dasarnya masih ada
layer-layer dan hirarki koneksi yang terhubung dengan jalur ini. Dengan kata
lain, manajemen perusahaan harus mengetahui betul rute-rute transmisi mana saja
yang harus dilalui oleh sistem jaringan internal perusahaannya sebelum masuk ke
internet (dan terhubung ke mitra bisnis atau pasar konsumen) untuk mengetahu
kelebihan dan kekurangan skenario infrastruktur yang dimiliki. Dari analisa
inilah akan didapatkan “the real speed” dari sistem jaringan sebuah perusahaan
yang tentu saja merupakan salah satu variabel bersaing dengan para kompetitor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar