Untuk
Kamu Yang Sempat Hadir
Vita Ayu Anggraeni
Aku termenung dalam sepi dan
gelapnya malam . Bintang pun tak lagi menampakkan keindahannya.Hanya mendung
dan rintik-rintik hujan menemani sepinya hati. Aku menghitung setiap tetes
tetes yang turun. Aku melihat derasnya air yang mengalir . Ku akan relakan rasa
yang telah lama tumbuhsdalam hati ini.
Agar semuanya hanyut terbawa derasnya air .
Hanya ditemani rintik rintik ini,
aku terdiam pilu. Menahan gejolak rindu yang tiada tertahan. Dalam benakku masih
tersimpan satu nama, yang pernah singgah membawa tawa setelah duka. Namun, kini
apa yang terjadi? Aku sangat tidak menyangka, kini kamu yang aku percaya, yang
telah mengukir banyak kenangan , yang telah memberi warna hidupku dan yang
pernah mengusap air mataku, pada akhirnya kamu pula yang membuat tangis itu
datang kembali.
Aku terus diam membisu tanpa kata,
menatap langit lewat jendela kamarku. Hari-hariku yang selalu indah dengan
tawamu, dengan semangatmu, kini sirna sudah. Kini semuanya hanya kenangan, ya
mungkin terlihat manis, tapi jika terus menerus di kenang? Air mata selalu ikut
serta. Benakku , pikiranku, semuanya terasa kosong. Hampa. Mengapa dulu, kau
tanamkan cinta, jika akhirnya kau hancurkan pula. Mengapa dulu kau usap
tangisku, jika akhirnya kamu yang hadirkan lagi. Mengapa dulu kamu genggam erat
tanganku, jika akhirnya kau lepaskan deminya yang menurutmu indah. Mengapa kamu
sempat menyentuhku, jika hanya ingin merusakku. Luka ini, entah mengapa sulit
untuk ku hapus, sakit yang sangat menyayat hati, yang masih tersimpan di memori
ku, dan sangat tak bisa ku lupa.
Angin malam, membuatku merasa
dingin. Aku menutup jendela kamarku dan duduk diatas ranjang ditemani boneka
bear besar. Ya , itu boneka darinya yang sempat ada. Aku mengambil sebuah buku
dan pena. Ya buku, adalah temanku. Dia selalu menjadi teman kala sepiku. Ini
sengaja aku tulis untuknya yang sempat hadir. Aku menulis ini bukan karena
ingin mencuri perhatianmu lagi, tapi karena aku tak bias menahan rindu ini.
Ya, Kamu yang sempat hadir.
Sudah bahagiakah kamu
sekarang? Ya pastinya sudah ya. Haha. Selamat dengan cinta barumu ya. Maaf,
jika aku masih mempedulikanmu, bukan karena apa, aku hanya ingin kita baik-baik
saja. Tak ada rasa bencipun antara kita. Meskipun kini aku dan kamu sudah beda,
tapi tak ada salahnya kan jika kita masih layaknya teman bukan?
Untuk kamu yang sempat
hadir ,,
Ku rasa aku masih merindukan mu. Eh, bukan
merindukanmu, tapi merindukan masamasa kita dulu. Ya aku rindu, aku rindu kita
yang tertawa bersama, bercanda bersama. Aku rindu, kamu yang selalu bawel, yang
tak banyak bicara, yang kadang jahat. Tapi aku menyayangimu. Dan itu, dulu.
Jika aku terus
mengingat masamasa kita, aku tertawa sendiri. Dulu kita sedekat itu ya
ternyata. Kita layaknya pasangan yang tak bisa dipisahkan. Haha.. kamu yang jujur, kamu yang suka marah, kamu
yang selalu mengingatkanku, makan, sholat, belajar. Kamu yang tak pernah tidak
memberikan semangat untukku, kamu yang selaluu mempedulikan kesehatanku. Dulu,
kamu yang sangat ingin aku berubah. Ya , katamu aku tak boleh cuek. Dan setelah
aku mulai berubah, apa yang terjadi?
Dengan mudahnya aku kamu hapus dari hatimu. Tak sempat habis pikir,
beratus-ratus hari kita lalui. Suka duka canda tawa bersama. Kita hadapi
masalah demi masalah dengan kedewasaan. Namun , Tuhan berkata lain. Mungkin
kita belum layak untuk dipersatukan. Ya , karena sebuah keegoisan dari diri
kita masing-masing , kita terpisahkan. Ya, mungkin juga karena kamu yang mulai
bosan akan sikapku . aku yang selalu mengusik damaimu, aku yang selalu
merepotkanmu, aku yang masih belum bisa berdiri sendiri.
Untuk kamu yang
sempat hadir ,
Tadi aku berkata aku
merindukan masa-masa kita. Namun setelah menulis ini , rindu itu seakan sudah
reda dan hatiku mulai lega.
Maafkan aku yang pernah
membuatmu muak. Maafkan aku yang selalu mengganggu ketenanganmu. Maafkan sikap
kekanak-kanakanku. Intinya , maafkan semua yang telah aku perbuat. Kini kamu
mungkin sudah berada pada titik bahagiamu, bersama dia yang jauh lebih baik
dari aku. Jauh lebih sempurna dari aku. Selamat bahagia ya.
Untuk kamu yang
sempat hadir,
Kini
aku sudah mulai terbiasa tanpa kehadiranmu.aku sudah mulai terbiasa tanpa
tawamu. Aku sudah terbiasa bangun tanpa pesan singkatmu. Dan aku juga sudah
diri tidak bergantung pada orang lain.
Untuk kamu yang
sempat hadir,
Aku ingin mengucapkan
banyak terima kasih. Terima kasih pernah ada lalu tiada. Pernah mengukir tawa
kemudian menghadirkan tangis. Pernah dating lalu menghilang. Pernah memberi
perhatian kemudian mengabaikan. Terima kasih pernah mendekat kemuadian menjauh.
Terima kasih pernah menyentuh hidup ku, kemudian merusaknya. Karena kamu, kini
aku jadi tau bahwa yang kita jalani hanyalah sebuah cinta monyet. Cinta yang
hadir hanya karena senyuman, dan perhatian. Bukan karena ketulusan hati.
Kini aku juga tahu,
arti sebuah penantian. Cara menghindar dari sebuah kebosanan. Aku tahu,
bagaimana rasanya berada pada puncak paling dicintai kemuadian dibuang demi
perempuan lain. Hanya karena kamu bosan! Itu sangat sakit dan sesak didada.
Untuk kamu yang
sempat hadir,
Jangan pernah lupa
akan apa yang pernah kita jalani. Jangan kembali seperti orang asing. Karena
kita pernah sedekat nadi sebelum kita sejauh matahari.
“Vera, kamu belum
tidur?”
Suara itu membongkar
lamunanku, dan menghentikan tanganku yang sedari tadi menulis. Seraya kedua
tangaku mengusap pipi yang sudah dibasahi air mata.
“kamu kenapa menangis
, Nak?” Kata Mama, mengangkat wajahku.
Aku memeluknya. Dada
ku terasa sangat sakit. Aku luapkan segala kesedihan ku ini . aku tak sanggup
jika harus mengungkap kata. Aku tak sanggup . mataku sudah perih dan berat
untuk ku buka. Dadaku sudah sesak, tersayat luka.
“Vera , Mama tahu
yang kamu rasakan. Mama selalu memperhatikan kamu tanpa kamu ketahui. Ingat
nak, jodoh itu sudah diatur oleh yang Maha kuasa. Tuhan itu maha adil. Kamu
jangan jatuh hanya karena masalah seperti ini, apalagi untuk laki-laki yang
belum tentu dia memikirkan kamu. Mama yakin, kamu pasti bias dan kamu pasti
mendapat yang lebih baik dari dia. Mungkin tidak sekarang, mungkin nanti saat
kamu sudah pada puncak sukses. Jodoh itu pasti ada sayang.” Ujar mama dengan
mengecup keningku.
Kemudian Ia membaringkanku, dan
menyuruhku untuk tidur. Akupun memejamkan mata. Dan yakin, aku akan jauh lebih
baik setelah dibuat lara oleh seorang pengecut yang kini tergoda dengan wanita
cantik.
Akan ku mulai kehidupan baruku. Dan
focus pada study ku.